• Web
  • Blog Ini
  • Monday, October 1, 2012

    Suasana Belajar Di Kelas Mempengaruhi Mental Siswa

    JAKARTA -Tahukah Anda bahwa suasana belajar di kelas yang diciptakan guru ikut memicu perilaku kekerasan pada anak muridnya? Kurikulum yang menjenuhkan, proses belajar yang membosankan, dan sedikitnya waktu bagi anak untuk mengaktualisasikan diri ditengarai sebagai salah satu penyebabnya.

    Demikian diungkapkan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Arief Rahman. Menurut dia, manajemen sekolah seharusnya dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak mencekam. ’’Tapi, faktanya proses belajar sekarang melenceng dari UU no 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas).

    Guru lebih mementingkan keunggulan akademik saja,’’ ungkap Arief di Jakarta, kemarin. Ia menambahkan, 8 standar pendidikan sekarang ini sudah tidak mampu lagi memberikan pengetahuan akademik dan sosial kepada anak didiknya. Seharusnya, ditambah satu poin lagi, yaitu pembentukan karakter.

    ’’Saya prihatin, sekolah hanya mengejar ranking, sementara keunggulan yang lebih komprehensif seperti kepribadian dan budaya damai antar sekolah tidak diciptakan,’’ kecam Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO ini. Krominolog dari Universitas Indonesia Adrianus Meliala mengatakan, perilaku kekerasan sudah dimulai sebelum siswa belajar di sekolah.

    Tepatnya saat masa orientasi sekolah atau sejenisnya. Contohnya praktik peloncoan yang dilakukan senior terhadap junior. ’’Sekolah harus mengantisipasi fenomena yang terjadi. Semestinya pendampingan ke anak-anak baru harus diintensifkan pada masa-masa seperti sekarang ini,’’ paparnya.

    Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Wamendikbud) bidang Pendidikan Musliar Kasim mengakui, hasil evaluasi yang dilakukan Kemdikbud mengungkapkan dunia pendidikan di Indonesia sudah sangat membosankan. Salah satu tolak ukurnya dilihat dari materi kurikulum pendidikan di seluruh jenjang pendidikan.

    ’’Selama ini kurikulum pendidikan kita sangat membosankan,’’ katanya. Kondisi itulah yang mendorong Kemdikbud menilai tepat waktunya untuk mengevaluasi dan mengubah kurikulum pendidikan nasional. ’’Selama ini pendidikan kita membosankan. Indikator sederhananya, anak-anak gembira jika gurunya tidak datang.

    Itu karena pola pendidikan kita masih memberatkan anak,’’ paparnya. Saat ini pemerintah tengah mengevaluasi dan mematangkan rencana perombakan kurikulum pendidikan nasional secara menyeluruh. Meski masih berlangsung, tetapi ia berani mengatakan jika kurikulum pendidikan nasional yang baru akan selesai dibahas dan mulai berlaku pada ajaran 2013-2014.

    Sementara itu, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari menekankan pentingnya pendidikan karakter bagi anak. Pendidikan karakter ini tidak hanya ditanamkan di sekolah, melainkan juga yang terutama diajarkan sejak dini di dalam keluarga. ’’Kalau karakter positif sudah ditancapkan sejak kecil kepada anak, mereka tidak akan terjerumus kepada hal-hal negatif,’’ kata Linda kepada wartawan kemarin.

    Salah satu yang bisa dikembangkan untuk pendidikan karakter ini adalah dengan mengajarkan olahraga. ’’Olahraga apa saja, karena di dalam olahraga itu ada sportivitas, kejujuran. Kesenian juga cara yang baik untuk menanamkan karakter kepada anak .

    sumber www.indopos.co.id, reviewer ; Bang mul

    No comments:

    Post a Comment

    Mohon tinggalkan komentar sebagai rasa persahabatan terima kasih banyak